Assalamualaikum Wr.Wb.

Satu satu, ielts lagi ielts lagi

ga bosen dah ngomongin itu mulu.

So, disini aku mau nyeritain perjuangan aku belajar IELTS, karena aku suka nya nulis jadi aku ceritain disini aja ya gengs. cielah gaya beut nyeritain perjuangan IELTS kaya yang udh gede aja nilainya. puguhan gengs, nilai saya standar dan itu susah pisan perjuangannya makanya aku mau cerita teh.

Regretly, rasanya nyesel banget baru tau IELTS pas lulus kuliah. bahkan aku baru kenal TOEFL saat aku mata kuliah bahasa inggris. seancur itu aku di bahasa inggris, tapi aku suka belajar bahasa inggris. Dan kupikir aku termasuk 'slow learner' dalam belajar bahasa inggris ini. 

Long-short story, aku seneng belajar bahasa inggris sejak SD, join tuh english club dari kelas 3 sampai kelas 6 sama Miss Yanti (guru inggris terfav yang bantu aku improve banget). Aku merasa bangga sama diri aku sendiri karena pada saat ujian sekolah SD aku mampu mengenalkan diri aku sendiri plus latar belakang aku menggunakan bahasa inggris tanpa skrip dan menunjukkan arah jalan (dialog) dengan bahasa inggris juga. Sesuka itu aku sama bahasa inggris <3 <3 <3 lanjut SMP-SMA-kuliah aku ga terlalu fokus belajar bahasa inggris formal sih, tapi aku mulai menjajahi lagu barat dan film barat. Jujurly, karena itu aku ga banyak tau lagu indo:" karna aku terpengaruhi sama budaya barat itu dalam hal entertainment. Tapiiii saat kuliah aku menemukan website bernama 'memrise' untuk belajar bahasa, pakai sistem game gitu yang aku pake sampe sekarang (2023). Awalnya aku belajar bahasa korea disitu, tapi ternyata bahasa inggris juga banyak. Bahkan belajar vocab TOEFL dan IELTS lengkap disana yang mana aku pake belajar hingga saat ini. DI TITIK INI adalah tunas awal pembelajaran IELTSku, sebenernya website itu cuma belajar vocabulary saja. Tapi INTI dari pengetahuan bahasa inggris, ya kosa kata, vocab, aku secara tidak sadar mempelajari itu. Selain itu baru mempelajari grammar selama belajar di sekolah.

Actually, kuliah diluar negri itu adalah cita citaku sejak SMP. Kalo kalian ngikutin twitter aku @odivaazzahra(akun lama) dari jaman SMP/SMA, jelas banget aku pake header Oxford dan repost tweet beasiswa kuliah keluar negri setiap hari. Tapi ya pas lulus SMA aku stuck, aku lulus aja udah bersyukur ya Allah:)) susah banget pelajaran SMA dan juga bahasa inggris dimana kita harus hafal 16 tenses beserta grammarnya. So, I dunno my pathways became this. Hal yang aku dapatkan pada saat itu, syarat masuk kuliah adalah hanya membuat beberapa Essay dan aku tidak tahu menahu tentang syarat lainnya seperti IELTS. Aku download template essay Oxford pada saat itu karena saking pengennya kuliah disana. Aku sadar aku masih bodoh, tidak secerdas Maudy Ayunda, jadi aku menyerah pada saat itu. 

Then, aku kuliah sibuk organisasi, kerja freelance, dan tugas kuliah seabreg. Aku melupakan mimpi itu, sampai disaat mata kuliah bahasa inggris dimana ujian akhir semesternya yaitu simulation tes TOEFL. Beberapa materi SMA tentang tenses aku masih ingat, dan di kuliah ini materi grammar hanya sedikit dipelajari. Sampai pada tahun 2021 untuk syarat sidang skripsi diharuskan adanya sertifikat TOEFL, aku mengambil les online kilat 1 bulan dan setelahnya langsung test (bukan official). Aku pun masih merasa kurang disitu karena aku mendapatkan nilai 447(ITP). Walaupun setelahnya aku ikut test ulang lagi aku mendapatkan nilai 455. 

Apart from that, aku kerja untuk waktu yang cukup lama yang membuat ku bosan dan mengevaluasi diri sendiri. Apa ini mimpiku? apakah cita-citaku sebatas bekerja di perusahaan ini? TIDAK. Aku membuka kembali mimpi terdalamku yang sempat aku kubur. STUDY ABROAD!!! dengan pengetahuan dan tingkat bahasa inggris yang cukup saat itu (karena sering baca jurnal internasional) aku banyak mencari sumber di internet, lebih tepatnya persyaratan pasti untuk kuliah diluar negeri. THE ONE AND ONLY IELTS~

So bad, masa iya aku baru tau IELTS pas aku kerja. Aku merasa jadi orang jaman purba, kemana aja aku selama ini gengss mo nangis rasanya. Disaat orang orang diluar sana udah aware sama test macem ini, mempersiapkannya sejak SMA, aku baru baca "IELTS adalah ...." pada laman google di umur 23 tahun. Di sela-sela istirahat kerja, aku mencari tahu banyak tentang IELTS, tipe soal, buku panduan dan sebagainya. Hingga pada saatnya 1 bulan sebelum aku resign, aku coba coba pretest IELTS gratis online. "ohh jadi IELTS tuh gini ya, beda sama toefl tahun kemarin aku belajar" dalam benakku. Bulan terakhir aku bekerja sebagai asisten desainer, pekerjaanku sedikit santai karena tugasku hanya mengarahkan karyawan baru, disitu aku mencoba les murah IELTS preparation (seminggu 3 pertemuan per satu jam) 299k dari instagram yang ku sisihkan dari gaji. Kemudian join free webinar tips n trick IELTS, jadwalnya tuh seringnya pas jam kerja, jadi sambil kerja aku sambil zoom tuh, soalnya masih kepo banget gimana caranya nilai IELTS biar bagus. Finally, resign kerja sekaligus post-test hasil akhir dari les online tersebut aku mendapatkan nilai 5.5 overall yang kata tutornya orang indonesia itu standarnya memang dapat nilai segitu:"

Ncxt, pengangguran tuh >,< aku pake uang hasil pesangon mandiri aku buat lanjut les online yang lebih intensif yaitu satu minggu 5 pertemuan dengan waktu 90 menit/pertemuan. Aku coba ambil 1 bulan dari instansi tempat aku les toefl tahun lalu. Jujur disini aku kurang efektif belajar, karena aku mengikuti lomba JFW 2022 yang mana aku masuk top 20 soooo kemampuan IELTS aku stuck karena tidak diasah dengan baik di bulan ke-2 ini. 

On the 3rd month, Alhamdulillah orangtua mulai notice aku akan hal cita-citaku dan mereka mendorongku supaya belajar lebih serius dan lebih giat lagi. Aku bersyukur kepada Allah yang mewujudkan keinginanku belajar di Kampung Inggris walaupun di Jatinangor dan orangtua membiayaiku. Jujurly, uang pesangon mandiriku tidak cukup untuk mengcover semuanya. Disini aku agak rumit menceritakannya, karena pada awalnya aku mengambil kelas Speaking 2 (Basic-Intermediet) kemudian lanjut IELTS Preparation, selanjutnya aku turun kelas ke Speaking 3 (Advance) dan akhirnya aku lanjut lagi IELTS Preparation Part2 >,< TOTAL aku belajar IELTS di titik ini sudah mencapai 6 bulan. Selama aku mengambil kelas Speaking, aku melakukan scoring mandiri dirumah dan dibimbing tutor beberapa kali untuk feedback. ASLI sih, pada saat itu aku sangat bersyukur sekaligus bahagia bisa belajar se-semangat itu, ditambah dengan materi yang super lengkap, tutor yang asyik dan temen temen yang suportif sama sama memiliki visi yang sama. Selain belajar, aku pun mempersiapkan berkas yang dibutuhkan untuk study abroad secara bertahap dan mencicil satu persatu (paspor, surat rekomendasi, translate berkas).

When the time was come, aku percaya diri akan scoreku yang mencapai 6.5 / 6.0 / 7.0 di beberapa subjek saat pretest dan postest (hanya satu atau dua kali, tidak semua bernilai tersebut). Sebelum real test, aku mengikuti simulation IELTS di IDP yang hasilnya yaitu 6 overall (reading,listening,writing). Setelah itu aku memberanikan diri untuk ikut REAL TEST IELTS UKVI di Jakarta pada bulan Mei. Nekad sih ya, karena memang sudah deadline dari universitas yg aku tuju dan deadline beasiswa juga. DONE test, aku keluar dengan perasaan cemas tak kentara, aku menelfon orangtua dengan rasa takut karena aku merasa gagal pada section speaking padahal nilai speaking aku paling besar, dan yang lainnya kecil. 

After that, those week was incredible, satu minggu itu aku mendapatkan pengumuman bahwa hasilku ya 5.5, nangis sebentar, oke langsung bangkit deh, orangtua kecewa, dan akupun kecewa pada diri sendiri. Aku merasa sudah belajar sekeras mungkin, tapi masih kurang nilaiku. Di lain hal, aku mendapatkan kesempatan wawancara dari Univ GSA yang aku tuju dan aku dapat LoA Conditional resmi. Satu sisi aku gagal IELTS, satu sisi aku diterima univ (syarat akhirnya upload sertifikat IELTS min.6,5). Karena masa waktu balasan LoA singkat, aku harus menolaknya untuk saat ini. Satu, nilai IELTS ku belum memenuhi. Dua, univ tersebut meminta deposit 2000euro. Sebelum 1 minggu kejadian beruntut ini berakhir, Alhamdulillah lagi orangtua memberikan kesempatan kedua untuk aku mengasah IELTS preparation ku. Di hari Minggu yang mana 3 hari setelah pengumuman LoAku keluar, aku diberangkatkan ke Kampung Inggris Pare, Jawa Timur.

Suddenly, waktu berjalan dengan cepat, maksudku KEPUTUSAN berjalan dengan cepat. Ini adalah moment pertama kali aku merantau ke tempat jauh tanpa orang tua dalam waktu yang cukup lama. Yap! direncanakan 2 bulan di salah satu instansi di Pare ini. Aku memulai jalan lanjutan IELTS ini supaya lebih matang, yang ternyata kelas preparation disini tidak sebaik di Jatinangor dulu. Aku merasa beruntung karena sebelum ini aku mempelajari IELTS selama 6 bulan sendiri dan tempat les online+offline, karena teman temanku di Pare mengalami kesulitan belajar sedangkan aku tidak. Aku bersyukur, terlebih lagi pengalaman official test IELTS beberapa waktu lalu sebelum aku datang ke Pare. Dengan semangat aku belajar siang dan malam, mengikuti semua kelas (kelas wajib dan kelas tambahan malam) yang akhirnya membuat aku sakit untuk beberapa waktu silam. 

In Progress, aku mengalami peningkatan. Sangat signifikan, terutama dalam hal reading dan listening IELTS karena lebih banyak latihan disini. aku percaya setiap tempat les memiliki keahlian metode dan materi masing masing. Di Pare ini nilai reading dan listening aku selalu menginjak nilai 5.0 keatas, sekalipun itu latihan. Seingatku dulu sebelum aku datang kesini, nilaiku 3.0 s.d. 5.0 >,< begitu nekadnya aku saat itu mengambil official test. Tutor ku di Pare berkata bahwa "nilai scoring kalian harus menginjak nilai 7 selama 10 hari berturut turut sebelum waktu ujian", YA MASUK AKAL karena kita tidak pernah tahu nilai kita akan turun sebanyak apa. Aku mengingat nilai simulasi IDP overall 6.0 semua, dan official test ku 5.5. hal itu menunjukkan bahwa aku turun 0.5 di setiap section (kecuali speaking). Dan aku senang dan bersyukur melihat tabel nilai scoringku bulan ke-2 les disini, so far aku melihat banyak angka 6 - 7. Untuk saat ini aku cukup yakin, terlebih lagi speakingku yang paling baik dibandingkan kemampuanku yang lainnya. BUT, the problem is WRITING. 1 minggu terakhir masa belajar, qadarullah aku sakit berkepanjangan yang aku pikir aku stress berlebih (demam, flu, batuk, & wasir) yang membuatku tidak masuk kelas selama 5 hari. Tapi aku masih tetap melaksanakan scoring mandiri di kamar camp, dan mengumpulkan tugas beberapa kali semampuku. Reading aman, Listening aman, Speaking aman, Writing so bad:( Tutorku secara berkala memberikan nilai writingku dan nilainya masih tetap di angka 5.0 - 5.5. Aku sempat stress berat membuat ku sakit berkepanjangan tersebut. Aku sadar aku tidak mau gagal lagi dalam test ini. Rezeki yang Allah datang tiada hentinya, aku diundang menjadi narasumber testimoni untuk Instagram dan Youtube (shooting) dari tempat lesku menjadikan aku dapat voucher discount untuk kelas tambahan. Dari benefit tersebut, aku dan persetujuan orangtuaku melanjutkan kelas scoring IELTS  tambahan selama 2 minggu. Untuk menambah jam terbang pada keraguanku dalam Writing IELTS, aku diam diam mengikuti kelas les tambahan di tempat lain menggunakan reksadana ku sendiri. Dan yaaa, aku merasa semangat kembali karena di tempat baru tersebut membantu banyak feedback kepadaku. Semoga kedepannya kemampuanku semakin baik.

And here we are, waktu Indonesia bagian menulis kata-kata ini adalah satu hari sebelum kelas dimulai. Dua minggu kedepan aku harus berjuang lebih keras dari sebelumnya, karena tujuanku sudah bulat. Aku harus melakukan test IELTS UKVI bulan depan. Tiada alasan aku menulis ini hanya karna aku ingin ingat betul bagaimana perjuangan IELTSku selama total 8 bulan lebih ini, karena aku orangnya pelupa jadi aku tuliskan semua prosesku disini. MAAF kalo mentemen cape bacanya, tujuanku menulis ini adalah sebagai Jurnal Hidupku dalam memperjuangkan IELTS Preparation. Karena aku taruh cerita ini di konten BLOG SOVku yang kepanjangannya Story Of Vava. 

thankyou so muchhh yang udah baca cerita panjang ini, semoga memotivasi kalian bahwa belajar itu butuh proses yang lama untuk orang 'biasa' a.k.a. bukan makhluk cerdas.

Wassalamualaikum Wr.Wb.